Tugas
Zoologi Invertebrata
Laporan
Study Lapagan
Hasil
Observasi Museum Zoologi
Disusun
oleh
Kelompok
4
1.
Ade
Mira Nuraida
2.
Danu
Anugerah M
3.
Muhammad
Luthfi Akmal
4.
Nurkholifa
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
KUNINGAN
2016
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..................................................................................................................... i
Daftar Isi.............................................................................................................................. ii
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang............................................................................................................. 1
B.
Tujuan.......................................................................................................................... 2
C.
Manfaat........................................................................................................................ 2
D.
Metode.......................................................................................................................... 2
E.
Lokasi
Pelaksanaan...................................................................................................... 2
F.
Alat dan
Bahan............................................................................................................. 3
G.
Deskripsi
Tugas............................................................................................................ 3
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Sejarah Museum Zoologi………………………………………………………..... 4
B.
Manfaat, Fungsi dan Tugas Pokok Museum Zoologi
Bogor……………………... 6
C.
Koleksi fauna di Indonesia………………………………………………………... 7
D.
Sejarah Taksonomi Dan Klasifikasi Filum Mollusca……………………………... 20
E.
Karakteristik Umum Mollusca……………………………………………………. 22
F.
Klasifikasi Filum Mollusca……………………………………………………….. 23
G.
Peranan Mollusca…………………………………………………………………. 26
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................................. 26
B. Saran........................................................................................................................... 25
DAFTAR
PUSTAKA...................................................................................................... 27
LAMPIRAN
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Study Lapangan yang dilaksanakan
di Museum Zoology, Bogor Jawa Barat. Sebagai bentuk
pertanggung jawaban atas kegiatan yang telah kami laksanakan, kami menyusun laporan
study lapangan di Museum Zoology tentang “Mollusca”. Sesuai dengan hasil yang
diperoleh dari study lapangan di Museum Zoology, pemikiran dan pengolahan
sumber informasi yang kami dapat baik dari internet maupun dari sumber
referensi buku-buku.
Dalam
laporan hasil study lapangan ini bertujuan untuk memberikan wawasan, informasi dan
pengetahuan baru mengenai koleksi Mollusca yang terdapat di Museum Zoology. Kegiatan
ini dilaksanakan pada tanggal 31 Mei 2016 yang bertempat di Museum Zoology
Bogor Jawa Barat.
Atas
tersusunnya laporan study lapangan ini, tidak lepas pula dari jasa berbagai
pihak yang terkait baik dalam proses penyusunan laporan study lapangan ini,
maka ijinkan kami mengucapkan terima kasih Kepada :
1. Edi
Junaedi M.Pd Selaku dosen pembimbing sekaligus dosen mata kuliah Zoologi
Invertebrata
2. Orang
tua kami yang selalu mendukung dan membimbing kami, secara material dan non
material.
Kami
menyadari bahwa dalam menyusun laporan study lapangan ini masih banyak
kesalahan dan kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang membangun dari
pembaca sangat kami harapkan.
Kuningan,
20 juni 2016
Penyusun
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Study Lapangan merupakan salah satu
bagian dari kegiatan yang berhubungan dengan akademik dan mendukung proses
belajar mahasiswa Pendidikan Biologi Universitas Kuningan. Kegiatan ini
dimaksudkan agar mahasiswa tidak hanya mendapat pengajaran dari kampus saja
tetapi juga mendapatkan pengetahuan dan pengalaman
di luar kampus sebagai penyempurnaanya.
Mahasiswa pada umumnya sebelum melakukan
praktik pasti selalu didasarkan teori mata kuliah yang sudah diberikan oleh
masing-masing dosen pengampu. Tidak hanya pintar diteori, namun mahasiswa juga
harus bisa menerapkan teori-teori yang sudah diberikan melalui praktik yang
dapat dilakukan dimana mahasiswa menimba ilmu, dalam hal ini adalah mahasiswa program
Pendidikan Biologi Universitas Kuningan, Selain mendapat teori dikelas dari
dosen, buku, dan lain sebagainya mahasiswa diasah kemampuannya untuk dapat
mempraktikan masing-masing teori melalui tugas laporan study Lapangan.
Pada study lapangan kali ini kami
mahasiswa Pendidikan Biologi tingkat 2 semester 4 telah mengadakan study
lapangan ke Museum Zoology Bogor yang bertempat di JL.Ir. H. Juanda No 9.Bogor.
museum zoology adalah museum yang memiliki koleksi dunia fauna atau satwa
seperti berbagai specimen yang diawetkan maupun fosil hewan.
Didirikannya Museum Zoologi Bogor merupakan
salah satu upaya untuk menginformasikan kepada khalayak ramai akan kekayaan dan
manfaat berbagai fauna yang ada di nusantara. Dengan begitu, generasi muda
mampu meningkatkan rasa kepedulian dan kecintaannya terhadap kekayaan fauna
nusantara. Zoologi merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari struktur,
fungsi, perilaku, dan evolusi hewan. Tak heran jika Museum Zoologi Bogor
mempunyai daya tarik sendiri untuk dikunjungi.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), Museum adalah gedung yang digunakan sebagai tempat untuk pameran tetap
benda-benda yang patut mendapat perhatian umum, seperti peninggalan sejarah,
seni dan ilmu, tempat penyimpanan kuno.
Zoology Invertebrata merupakan mata
kuliah yang menyajikan kajian tentang hewan tidak bertulang belakang. Mata
kuliah ini merupakan salah satu mata kuliah dasar yang wajib diikuti oleh
mahasiswa Pendidikan Biologi.
B.
TUJUAN
STUDY LAPANGAN
1. Menambah
wawasan tentang fauna yang ada di Indonesia
2. Memperoleh
informasi tentang koleksi fauna khususnya Mollusca di museum Zoologi
3. Untuk
memenuhi tugas mata pelajaran zoology Invertebrata dalam rangka membuat
4. Studi
erskursi (belajar sambil wisata).
C.
MANFAAT
STUDY LAPANGAN
1.
Menambah wawasan dan pengetahuan
mengenai koleksi yang terdapat di Museum Zoologi, khususnya Mollusca.
2.
Mendapatkan beberapa fakta menarik
tentang sejarah dan perkembangan Museum Zoologi.
3.
Melakukan wisata edukasi, selain
mendapatkan ilmu mahasiswa juga dapat rekreasi.
4.
Memperoleh pengalaman praktis, dan
khazanah ilmiah bagi mahasiswa biologi, yang mengikuti study lapangan.
D.
METODE
Metode yang digunakandalam
penyusunan karya tulis ini adalah Metode observasi yaitu dengan melihat
langsung obyek yang dikunjungi atau teliti.
E. LOKASI PELAKSANAAN
Nama
Tempat Ekplorasi : museum
zoology bogor
Alamat : JL.Ir. H. Juanda No 9.Bogor
Waktu
Kujungan
a.
Hari / tanggal : Kamis,
31 mei 2016
b.
Pukul : 09.00 WIB /sd selesai
F.
ALAT
DAN BAHAN
·
Alat tulis
·
Alat dokumantasi
·
Kamera digital dan Alat komunikasi HP
·
Alat transportasi
G.
DESKRIPSI
TUGAS
A.
Tugas
Semua Kelompok
1. Ada
berapa Phylum Invertebrata yang dikoleksi dimuseum Zoologi Bogoor, tuliskan
nama-nama Phylum tersebut
2. Koleksi-koleksi
invertebrate yang ada di Museum zoologi Bogor bersal dari mana saja?
3. Tuliskan
nama Classis-classis Arthtopoda yang dikoleksi dan berikan masing-masing
contoh-contoh specimen yang menarik beserta deskripsi dan klasifikasinya!
4. Ada
berapa Phylllum Vermes (cacing) yang dikoleksi di Museum Zoologi, apa spesies
cacing paling besar yang dikoleksi.
5. Ada
bearapa Classis Molusca yang dikoleksi di Museum Zoologi?
Tuliskan masing-masing 5 spesies yang hidup di laut
dan hidup di darat?
6. Berapa
banyak jumlah koleksi insect di Museum Zoologi, insect dari Ordo/bangsa apa
yang koleksinya terbanyak.
7. Adakah
koleksi larva atau nimpa dari insect, larva dan nimpa dari ordo insect apa
saja?
B.
Tugas
masing-masing Kelompok
Tiap kelompok mengobservasi dan mencari
informasi selengkapnya mungkin mengenai koleksi yang ada di Museum Zoologi,
adapun objek yang di observasi untuk masing-masing kelompok adalah:
1. Lepidoptera
2. Coleopterata
3. Vermes
4. Mollusca
5. …………….(pilih
sendiri yang menurut kelompoknya menarik)
6. Object yang akan kelompok kami observasi adalah Mollusca.
6. Object yang akan kelompok kami observasi adalah Mollusca.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah
Museum Zoologi
Berdirinya Museum Zoologi merupakan
gagasan dari J. C. Koningsberger, seorang ahli botani berkebangsaan Jerman yang
menetap di Belanda. Pada awal pembangunannya Agustus 1894, tempat ini berfungsi
sebagai laboratorium zoologi yang menjadi wadah penelitian yang berhubungan dengan
pertanian dan zoologi, meliputi kegiatan inventarisasi fauna Indonesia dengan
nama Landbouw Zoologisch Laboratorium. Seiring dengan perkembangannya, Museum
Zooglogi mengubah namanya sesuai dengan fungsinya. Berikut ini adalah beberapa
perubahan nama dari Museum Zoologi :
Tahun
|
Nama
Lembaga
|
1894
|
Landbouw
Zoologisch Laboratorium
|
1898
|
Lanbdouw
Zoologisch Museum
|
1906
– 1909
|
Zoologisch
Museum and Werkplaats
|
1910
– 1942
|
Zoologisch
Museum and Laboratorium
|
1942
– 1945
|
Dobutsu
Hakubutsukan
|
1946
– 1947
|
Zoologisch
Museum and Laboratorium
|
1947
– 1954
|
Museum
Zoologicum Bogoriense
|
1955
– 1962
|
Lembaga
Museum Zoologicum Bogoriense
|
1962
– 1986
|
Museum
Zoologicum Bogoriense
|
1987
– 2000
|
Balai
Penelitian & Pengembangan Zoologi
|
2000
– sekarang
|
Bidang
Zoologi – Pusat Penelitian Biologi – LIPI
|
B.
Manfaat, Fungsi dan Tugas Pokok Museum
Zoologi Bogor
Bidang
Zoologi mengemban sebagian tugas Puslit Biologi. Berdasarkan SK Ketua LIPI No.
23/Kep/D.5/87. Ps. 59, maka tugas bidang Zoologi meliputi :
·
Eksplorasi
dan inventarisasi fauna Indonesia.
·
Melakukan
evaluasi potensi ekonomi jenis-jenis fauna Indonesia.
·
Pengembangan
jenis-jenis fauna Indonesia.
·
Pelestarian
fauna Indonesia.
·
Pelayanan
kepada masyarakat umum, Peneliti dan Pendidik untuk jasa Ilmu Pengetahuan
Zoologi.
Museum
Zoologi Bogor yang berlokasi di Jalan Ir. Juanda No. 9, Bogor, Jawa Barat. Museum
Zoologi telah mengembangkan beberapa koleksi binatang awetan dan binatang hidup
untuk penelitian ilmiah atau untuk dipamerkan kepada para pengunjung. Beberapa
koleksi yang dimiliki Museum Zoologi meliputi beberapa kelompok sebagai berikut
:
Museum Zoologi baru mengumpulkan
0,006 persen, itu pun terbagi dalam beberapa kelompok satwa seperti burung,
serangga, kepiting, ikan, reptil, mamalia dan lainnya. Jenis yang ada di Indonesia,
burung, mamalia, reptil, ikan, moluska, udang atau kepiting, dan serangga. Dari
total 161.110 jenis, baru 262 yang ada di sini," ungkap Sinaga.
Adapun pembagian kelompok tersebut,
berdasarkan data yang diperoleh merahputih.com, fauna jenis burung sekira 211
dari 1.602, Mamalia 88 dari 707, Reptil 92 dari 1.112, Ikan 55 dari 5.472,
Moluska 243 dari 5.170, Udang dan kepiting baru 3 dari 1.200, Serangga 262 dari
151.847. Museum Zoologi Bogor merupakan museum yang berkaitan
dengan dunia fauna. Museum ini memiliki koleksi beraneka ragam fauna yang
diawetkan, juga susunan tulang-belulang dari tiga buah mamalia dan sebuah paus
biru.
Ø Lokasi
Museum
Zoologi Bogor masih termasuk ke dalam lingkupan Kebun Raya Bogor yang terletak
di Jalan Ir. H. Juanda Bogor, Jawa Barat dengan pintu masuk melalui gerbang
Kebun Raya Bogor.
Ø Harga Tiket Masuk
Tiket
masuk Museum Zoologi Bogor sudah termasuk dengan tiket masuk Kebun Raya Bogor.
C. Koleksi fauna di Indonesia
Koleksi Museum Zoologi yang berada di gedung Widyasatwaloka, Pusat Ilmu Pengetahuan Cibinong meliputi 3,5% jumlah jenis fauna yang terdapat di Indonesia, dan dari keberagaman fauna di Indonesia hanya 0,05% contoh binatang (spesimen) yang dimiliki oleh Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi, LIPI.
1.
Mamalia, koleksinya terdiri dari berbagai jenis binatang menyusui yang dukumpulkan dari
berbagai kepulauan di Indonesia. Jumlah koleksi 650 jenis, terdiri dari 30.000 contoh binatang
(spesimen).
2.
Ikan, koleksi berbagai jenis ikan terdiri dari 12.000 jenis yang diwakili oleh 140.000 contoh binatang.
3.
Burung, koleksi dikumpulkan dari wilayah Indonesia Timur dan Barat. Jumlah seluruhnya
1.000 jenis, meliputi 30.762 contoh binatang.Ruang koleksi tempat penyimpanan specimen
burung suhu udara di ruangan dipertahankan pada 22° C untuk menjaga agar koleksi tidak hancur
5.
Moluska, koleksi moluska yang tersimpan tercatat 959 jenis yang dari 13.146 contoh binatan
6.
Serangga, merupakan kelompok binatang yang paling banyak jumlah koleksinya. Museum Zoologi Bogor merupakan tempat penyimpanan
serangga terlengkap dan terbesar di Asia Tenggara. Koleksi serangga tercatat
12.000 jenis, dari 2.580.000 contoh binatang.
7.
Invertebratalain, terdiri dari jenisjenis invertebrata bukan moluska dan serangga. Koleksi yang terkumpul ada 700 jenis dari 1.558 contoh binatang.
Di dalam museum zologi Bogor kita membahasi tentang macam jenis serangga
yang di dalamnya terdapat berbagai jenis serangga yaitu sebagai berikut.
serangga (disebut pula Insecta, dibaca
"insekta") adalah kelompok utama dari hewan beruas (Arthropoda) yang bertungkai enam (tiga
pasang); karena itulah mereka disebut pula Hexapoda (dari bahasa Yunani yang
berarti "berkaki enam")
Kajian mengenai peri kehidupan serangga disebut entomologi Serangga
termasuk dalam kelas insekta (subfilum
Uniramia) yang dibagi lagi menjadi 29 ordo, antara lain Diptera (misalnya
lalat), Coleoptera (misalnya
kumbang), Hymenoptera (misalnya
semut, lebah, dan tabuhan), dan
Lepidoptera (misalnya kupu-kupu dan ngengat). Kelompok Apterigota terdiri dari
4 ordo karena semua serangga dewasanya tidak memiliki sayap, dan 25 ordo
lainnya termasuk dalam kelompok Pterigota karena memiliki sayap . Insecta sering disebut seranga atau heksapoda, heksapoda berasal dari
kata heksa berarti 6 (enam). Keluarga besar serangga
(Insecta) dikelompokan kedalam 28 ordo yang masing-masing ordo memiliki ciri-ciri
unik yang membedakan antar mereka, kelas (class) inseta terbagi menjadi dua
subkelas (subclass) berdasarkan keberadaan organ sayap punya, yaitu subkelas
Apterygota bagi serangga yang tidak memiliki sayap dan subkelas Apterygota bagi
serangga –serangga yang memiliki sayap. Anggota subkelas Apterygota tidak
melakukan metamorfosis dalam perkembang tumbuh pada siklus hidupnya, sedangkan
anggota kelompok (subkelas) Apterygota biasanya mengalami metamorfosis.
·
Ciri-ciri Insecta
Tubuh serangga terdiri dari
tiga bagian utama yaitu kepala, thoraks dan abdomen. Kutikula dibangun oleh
lapisan epikutikula, eksokutila dan endokutikula. Kepala dibangun oleh cranium
di mana terletak mulut; antena, dan mata. Thoraks terdiri dari tiga segmen
prothoraks; mesothoraks, dan metathoraks. Pasangan struktur organ reproduksi
terdapat pada bagian abdomen.
Kepala secara umum tersusun
oleh 6 segmen yang telah menyatu, berbentuk bulat telur atau seperti kapsul
yang tersusun oleh banyak lempeng (“plate” atau “sklerites”). Pada kepala
ditemukan :
1.
Sepasang Mata (jika ada)
terletak lateral (samping) diatas pipi, terdiri dari sepasang mata majemuk, kalau
jaraknya sempit dikenal “holoptic” (umumnya ditemukan pada insekta jantan) dan
jika jaraknya lebar dikenal “dichoptic” (umumnya ditemukan pada insekta
betina). Selain itu juga akan ditemukan mata tunggal (“ocelli”) yang berbentuk
segitiga pada dorsum atau vertex.
2.
Sepasang Antena yang
bersegmen dan sangat penting untuk patokan identifikasi, terletak diantara atau
didepan mata majemuk, bentuknya sangat bervariasi, beberapa ada memanjang dan
tersusun oleh banyak segmen (nyamuk), pendek dan gemuk (lalat), antenanya
seringkali memiliki rambut : plumose (berambut banyak) ditemukan pada yang
jantan dan pilose (berambut sedikit) ditemukan pada yang betina, dan beberapa
diantaranya memiliki arista (rambut seperti bulu) .
3.
Alat-alat mulut juga
penting untuk identifikasi, bentuknya sangat beragam, secara umum yang
terpenting : Mandibula dan Palpus maksilaris. Tergantung kegunaannya, alat
mulut dipergunakan untuk merobek, menghisap cairan (lalat rumah) dan ada yang
memiliki pisau (nyamuk).
4.
Bagian mulut ini terdiri
atas rahang belakang (mandibula), rahang depan (maksila), dan bibir atas
(labrum) serta bibir bawah (labium). Dada (thorax) terdiri atas tiga ruas
yaitu prothorax (Pronotum) di sebelah anterior ,mesothorax (Mesonotum) bagian
tengah dan metathorax (metanotum) di posterior. Pada setiap mesotoraks
(mesothorax) dan metatoraks (metathorax) terdapat dua pasang sayap, tetapi ada
pula yang tidak memiliki sayap. Perut (abdomen) memiliki sebelas (11) ruas atau
beberapa ruas saja. Pada belalang betina, bagian belakang perut terdapat
ovipositor yang berfungsi untuk meletakkan telurnya. Pada segmen pertama
terdapat alat pendengaran atau membran tympanum. Setiap segmen dari thorax,
memiliki tanda menciri (karakteristik) yaitu ditemukannya sepasang kaki yang
beruas-ruas (bersegmen). Selain ditemukan kaki, pada Mesotorak dan Metatorak
ditemukan sepasang sayap (sesuai dengan namanya : Diptera, di = 2 dan ptera =
sayap), tetapi ada juga yang tidak memiliki sayap. Sayap, normalnya ada 2
pasang (Diptera) yang terletak pada Mesotorak dan Metatorak, tetapi pada Lalat
dan Nyamuk pasangan sayap yang terletak pada metatorak mereduksi dan berubah
bentuk menjadi halter yang berfungsi keseimbangan pada saat terbang. Sayap
ditopang oleh rangka disebut vena yang merupakan tuba premitif atau trakea.
Vena menyokong secara memanjang dan menyilang, daerah diantara vena disebut
sel. Susunan vena dan bentuk sel sangat penting untuk identifikasi.
v Kaki tersusun oleh beberapa segmen antara lain :
(1) Koksa,
(2) Trohanter,
(3) Femur,
(4) Tibia dan
(5) Tarsus.
v Tarsus tersusun oleh beberapa ruas (biasanya lima) dan ujungnya
seringkali dilengkapi dengan cakar. Kaki berubah bentuk disesuaikan
dengan fungsinya yakni:
a.
kaki untuk menggali
(anjing tanah)
b.
kaki untuk meloncat (belalang)
c.
kaki untuk berenang
(kumbang air)
d.
kaki untuk pengumpul serbuk sari
e.
kaki untuk berjalan
(kumbang tanah)
f.
kaki untuk memegang
(belalang sembah)
Pada setiap mesotoraks
(mesothorax) dan metatoraks (metathorax) terdapat dua pasang sayap, tetapi ada
pula yang tidak memiliki sayap. Perut (abdomen) memiliki sebelas (11) ruas atau
beberapa ruas saja. Pada belalang betina, bagian belakang perut terdapat
ovipositor yang berfungsi untuk meletakkan telurnya. Pada segmen pertama
terdapat alat pendengaran atau membran tympanum.
Anggota beberapa ordo dari
klas Insekta dikenal sebagai penyebab hama tanaman, namun ada beberapa yang
bertindak sebagai musuh alami hama (parasitoid dan predator) serta sebagai
serangga penyerbuk. Secara umum morfologi anggota klas Insekta ini adalah:
·
Tubuh terdiri atas
ruas-ruas (segmen) dan terbagi dalam tiga daerah, yaitu caput, thorax dan
abdomen.
·
Kaki tiga pasang, pada
thorax.
·
Antene satu pasang.
·
Biasanya bersayap dua
pasang, namun ada yang hanya sepasang atau bahkan
·
Tidak bersayap sama
sekali.
Memahami pengetahuan
morfologi serangga tersebut sangatlah penting, karena anggota serangga pada
tiap-tiap ordo biasanya memiliki sifat morfologi yang khas yang secara sederhana
dapat digunakan untuk mengenali atau menentukan kelompok serangga tersebut.
Sifat morfologi tersebut juga menyangkut morfologi serangga stadia muda, karena
bentuk-bentuk serangga muda tersebut juga memiliki ciri yang khas yang juga
dapat digunakan dalam identifikasi.
Bentuk-bentuk serta ciri
serangga stadia muda tersebut secara khusus kakan dibicarakan pada uraian
tentang Metamorfose serangga, sedang uraian singkat tentang morfologi “penciri”
pada beberapa ordo penting klas Insekta akan diberikan pada uraian selanjutnya.
Berdasarkan sifat
morfologinya, maka larva dan pupa serangga dapat dikelompokkan sebagai berikut
:
·
Tipe larva
a.
Polipoda, tipe larva ini
memiliki ciri antara lain tubuh berbentuk silindris, kepala berkembang baik serta
dilengkapi dengan kaki abdominal dan kaki thorakal. Tipe larva ini dijumpai
pada larva ngengat/kupu (Lepidoptera)
b.
Oligopoda, tipe larva
ini dapat dikelompokkan menjadi : Campodeiform dan Scarabaeiform.
c.
Apodus (Apodous), tipe
larva ini memiliki badan yang memanjang dan tidak memiliki kaki. Kepala ada
yang berkembang baik ada yang tidak. Tipe larva ini dijumpai pada anggota ordo
Diptera dan familia Curculionidae (Coleoptera).
·
Tipe pupa
Perbedaan bentuk pupa didasarkan
pada kedudukan alat tambahan (appendages), seperti calon sayap, calon kaki,
antene dan lainnya. Tipe pupa dikelompokkan menjadi tiga tipe :
a.
Tipe obtecta, yakni pupa
yang memiliki alat tambahan (calon) melekat pada tubuh pupa. Kadang-kadang pupa
terbungkus cocon yang dibentuk dari liur dan bulu dari larva.
b.
Tipe eksarat, yakni pupa
yang memiliki alat tambahan bebas (tidak melekat pada tubuh pupa ) dan tidak
terbungkus oleh cocon.
c.
Tipe coartacta, yakni
pupa yang mirip dengan tipe eksarat, tetapi eksuviar tidak mengelupas
(membungkus tubuh pupa). Eksuviae mengeras dan membentuk rongga untuk
membungkus tubuh pupa dan disebut puparium.
d.
Tipe pupa obtecta
dijumpai pada anggota ordo Lepidoptera, pupa eksarat pada ordo Hymenoptera dan
Coleoptera, sedang pupa coartacta pada ordo Diptera.
Siklus Hidup Serangga
a. Embrio, Pasca Embrio dan Proses Pematangan
Umumnya cara reproduksi
serangga adalah seksual di mana sel telur dan sperma bersatu. Sel telur yang telah
di buahi akan berkembang menjadi embrio melalui tahapan-tahapan yang mirip
dengan hewan lain. Selanjutnya serangga yang baru terbentuk ini dapat keluar
melalui cara oviparous, ovoviviparous, atau viviparous.
Setelah embrio terbentuk,
akan terjadi pertumbuhan dan perkembangan pasca embrio. Beberapa peristiwa unik
dan kompleks yang terjadi adalah ectosin, yaitu peristiwa larva meninggalkan
telur; molting, yaitu lepasnya kulit ama yang merupakan hasil ketidakmampuan
kulit serangga untuk membesar; dan metamorphosis , yaitu proses perkembangan
mulai eclosin sampai menjadi serangga dewasa. l3eberapa istilah penting dalam
bidang entomologi adalah generation, brood, stage, stadium, dan instar.
Serangga dewasa yang terbentuk akan dapat bereproduksi setelah sistem
reproduksinya matang. Mencari pasangan adalah perilaku yang penting yang
kemudian dilanjutkan dengan kopulasi inseminasi, dan oviposisi. Hal-hal
tersebut seringkali merupakan spesies spesifik dan berbeda antara
serangga-serangga lainnya.
b. Model Siklus Hidup
b. Model Siklus Hidup
Selain mengalami siklus
hidup, serangga juga mengalami siklus musiman yang dapat dikelompokkan menurut
jumlah generasi yang terjadi dalam satu tahun dan mengacu pada voltinity. Ada
tiga tipe voltinity yaitu univoltine, multivoltine, dan voltine yang tertunda.
Serangga juga mengalami apa yang disebut adaptasi musiman. Beberapa istilah
yang sering digunakan dalam siklus musiman serangga adalah dormancy diapause,
supercooling, dan freezing tolerance.
Secara umum, pada serangga
dapat dijumpai empat model siklus hidup serangga yaitu : tanpa metamorphosis,
metamorphosis bertahap, metamorphosis tidak sempurna , dan metamorphosis
sempurna. Pada model tanpa metamorphosis, tahapan serangga dapat dibagi menjadi
telur, juvenil, dan dewasa; dengan beberapa kali pergantian kulit pada tahapan
juven!l yang mempunyai penampakan yang mirip dengan dewasa. Model metamorphosis
bertahap membedadakan tahapan serangga menjadi telur, nymph, dan dewasa. Bentuk
nymph menyerupai dewasa tetapi tidak mempunyai sayap yang berkembang penuh dan
tidak mempunyai genitalia. Pada metamorphosis tidak sempurna, tahapan dibedakan
menjadi telur, niads, dan dewasa. Niads dan dewasa mempunyai habitat dan
makanan yang berlainan. Sedang pada metamorphosis sempurna, tahapan dibedakan
menjadi telur, larva, pupa, dan dewasa. Di sini, pada setiap tahapan mempunyai
bentuk dan perilaku yang berlainan.
v Morfologi Beberapa Ordo
Serangga yang Penting
a.
Ordo Orthoptera (bangsa belalang)
Sebagian anggotanya dikenal
sebagai pemakan tumbuhan, namun ada beberapa di antaranya yang bertindak
sebagai predator pada serangga lain.
Anggota dari ordo ini umumnya memilki sayap dua pasang. Sayap depan lebih sempit daripada sayap belakang dengan vena-vena menebal/mengeras dan disebut tegmina. Sayap belakang membranus dan melebar dengan vena-vena yang teratur. Pada waktu istirahat sayap belakang melipat di bawah sayap depan.
Anggota dari ordo ini umumnya memilki sayap dua pasang. Sayap depan lebih sempit daripada sayap belakang dengan vena-vena menebal/mengeras dan disebut tegmina. Sayap belakang membranus dan melebar dengan vena-vena yang teratur. Pada waktu istirahat sayap belakang melipat di bawah sayap depan.
Alat-alat tambahan lain
pada caput antara lain : dua buah (sepasang) mata facet, sepasang antene, serta
tiga buah mata sederhana (occeli). Dua pasang sayap serta tiga pasang kaki
terdapat pada thorax. Pada segmen (ruas) pertama abdomen terdapat suatu membran
alat pendengar yang disebut tympanum. Spiralukum yang merupakan alat pernafasan
luar terdapat pada tiap-tiap segmen abdomen maupun thorax. Anus dan alat
genetalia luar dijumpai pada ujung abdomen (segmen terakhir abdomen). Ada
mulutnya bertipe penggigit dan penguyah yang memiliki bagian-bagian labrum,
sepasang mandibula, sepasang maxilla dengan masing-masing terdapat palpus
maxillarisnya, dan labium dengan palpus labialisnya.
Metamorfose sederhana (paurometabola) dengan perkembangan melalui tiga stadia yaitu telur ---> nimfa ---> dewasa (imago).
Metamorfose sederhana (paurometabola) dengan perkembangan melalui tiga stadia yaitu telur ---> nimfa ---> dewasa (imago).
Bentuk nimfa dan dewasa
terutama dibedakan pada bentuk dan ukuran sayap serta ukuran tubuhnya. Beberapa
jenis serangga anggota ordo Orthoptera ini adalah :
- Kecoa (Periplaneta sp.)
- Belalang sembah/mantis
(Otomantis sp.)
- Belalang kayu (Valanga
nigricornis Drum.).
b.
Ordo Hemiptera (bangsa kepik) / kepinding
Ordo ini memiliki anggota
yang sangat besar serta sebagian besar anggotanya bertindak sebagai pemakan
tumbuhan (baik nimfa maupun imago). Namun beberapa di antaranya ada yang
bersifat predator yang mingisap cairan tubuh serangga lain. Umumnya memiliki
sayap dua pasang (beberapa spesies ada yang tidak bersayap). Sayap depan
menebal pada bagian pangkal (basal) dan pada bagian ujung membranus. Bentuk
sayap tersebut disebut Hemelytra. Sayap belakang membranus dan sedikit lebih
pendek daripada sayap depan. Pada bagian kepala dijumpai adanya sepasang antene,
mata facet dan occeli.
Tipe alat mulut pencucuk
pengisap yang terdiri atas moncong (rostum) dan dilengkapi dengan alat pencucuk
dan pengisap berupa stylet. Pada ordo Hemiptera, rostum tersebut muncul pada
bagian anterior kepala (bagian ujung). Rostum tersebut beruas-ruas memanjang
yang membungkus stylet. Pada alat mulut ini terbentuk dua saluran, yakni
saluran makanan dan saluran ludah.
Metamorfose bertipe
sederhana (paurometabola) yang dalam perkembangannya melalui stadia : telur
---> nimfa ---> dewasa. Bentuk nimfa memiliki sayap yang belum sempurna
dan ukuran tubuh lebih kecil dari dewasanya. Beberapa contoh serangga anggota
ordo Hemiptera ini adalah :
- Walang sangit (Leptorixa
oratorius Thumb.)
- Kepik hijau (Nezara
viridula L)
- Bapak pucung (Dysdercus
cingulatus F)
c. Ordo Homoptera (wereng, kutu dan sebagainya)
Anggota ordo Homoptera
memiliki morfologi yang mirip dengan ordo Hemiptera. Perbedaan pokok antara
keduanya antara lain terletak pada morfologi sayap depan dan tempat pemunculan
rostumnya.
Sayap depan anggota ordo Homoptera memiliki tekstur yang homogen, bisa keras semua atau membranus semua, sedang sayap belakang bersifat membranus.
Sayap depan anggota ordo Homoptera memiliki tekstur yang homogen, bisa keras semua atau membranus semua, sedang sayap belakang bersifat membranus.
Alat mulut juga bertipe
pencucuk pengisap dan rostumnya muncul dari bagian posterior kepala. Alat-alat
tambahan baik pada kepala maupun thorax umumnya sama dengan anggota Hemiptera.
Tipe metamorfose sederhana
(paurometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur ---> nimfa
---> dewasa. Baik nimfa maupun dewasa umumnya dapat bertindak sebagai hama tanaman.
Serangga anggota ordo Homoptera ini meliputi kelompok wereng dan kutu-kutuan, seperti :
Serangga anggota ordo Homoptera ini meliputi kelompok wereng dan kutu-kutuan, seperti :
- Wereng coklat
(Nilaparvata lugens Stal.)
- Kutu putih daun kelapa
(Aleurodicus destructor Mask.)
- Kutu loncat lamtoro
(Heteropsylla sp.).
d. Ordo Coleoptera (bangsa kumbang)
Anggota-anggotanya ada yang
bertindak sebagai hama tanaman, namun ada juga yang bertindak sebagai predator
(pemangsa) bagi serangga lain. Sayap terdiri dari dua pasang. Sayap depan
mengeras dan menebal serta tidak memiliki vena sayap dan disebut elytra.
Apabila istirahat, elytra seolah-olah terbagi menjadi dua (terbelah tepat di
tengah-tengah bagian dorsal). Sayap belakang membranus dan jika sedang
istirahat melipat di bawah sayap depan.
Alat mulut bertipe
penggigit-pengunyah, umumnya mandibula berkembang dengan baik. Pada beberapa
jenis, khususnya dari suku Curculionidae alat mulutnya terbentuk pada moncong
yang terbentuk di depan kepala.
Metamorfose bertipe
sempurna (holometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur --->
larva ---> kepompong (pupa) ---> dewasa (imago). Larva umumnya memiliki
kaki thoracal (tipe oligopoda), namun ada beberapa yang tidak berkaki (apoda).
Kepompong tidak memerlukan pakan dari luar (istirahat) dan bertipe
bebas/libera.
Beberapa contoh anggotanya adalah :
Beberapa contoh anggotanya adalah :
- Kumbang badak (Oryctes
rhinoceros L)
- Kumbang janur kelapa
(Brontispa longissima Gestr)
- Kumbang buas (predator)
Coccinella sp.
e. Ordo Lepidoptera (bangsa kupu/ngengat)
Dari ordo ini, hanya
stadium larva (ulat) saja yang berpotensi sebagai hama, namun beberapa
diantaranya ada yang predator. Serangga dewasa umumnya sebagai pemakan/pengisap
madu atau nektar. Sayap terdiri dari dua pasang, membranus dan tertutup oleh
sisik-sisik yang berwarna-warni. Pada kepala dijumpai adanya alat mulut seranga
bertipe pengisap, sedang larvanya memiliki tipe penggigit. Pada serangga
dewasa, alat mulut berupa tabung yang disebut proboscis, palpus maxillaris dan
mandibula biasanya mereduksi, tetapi palpus labialis berkembang sempurna.
Metamorfose bertipe
sempurna (Holometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur --->
larva ---> kepompong ---> dewasa. Larva bertipe polipoda, memiliki baik
kaki thoracal maupun abdominal, sedang pupanya bertipe obtekta.
Beberapa jenisnya antara lain :
Beberapa jenisnya antara lain :
- Penggerek batang padi
kuning (Tryporiza incertulas Wlk)
- Kupu gajah (Attacus atlas
L)
- Ulat grayak pada tembakau
(Spodoptera litura)
f. Ordo Diptera (bangsa lalat, nyamuk)
Serangga anggota ordo
Diptera meliputi serangga pemakan tumbuhan, pengisap darah, predator dan parasitoid.
Serangga dewasa hanya memiliki satu pasang sayap di depan, sedang sayap
belakang mereduksi menjadi alat keseimbangan berbentuk gada dan disebut halter.
Pada kepalanya juga dijumpai adanya antene dan mata facet. Tipe alat mulut
bervariasi, tergantung sub ordonya, tetapi umumnya memiliki tipe
penjilat-pengisap, pengisap, atau pencucuk pengisap.
Pada tipe penjilat pengisap
alat mulutnya terdiri dari tiga bagian yaitu :
- bagian pangkal yang
berbentuk kerucut disebut rostum
- bagian tengah yang berbentuk
silindris disebut haustellum
- bagian ujung yang berupa
spon disebut labellum atau oral disc.
Metamorfosenya sempurna
(holometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur ---> larva
---> kepompong ---> dewasa. Larva tidak berkaki (apoda_ biasanya hidup di
sampah atau sebagai pemakan daging, namun ada pula yang bertindak sebagai hama,
parasitoid dan predator. Pupa bertipe coartacta. Beberapa contoh anggotanya
adalah :
- lalat buah (Dacus spp.)
- lalat predator pada Aphis
(Asarcina aegrota F)
- lalat rumah (Musca
domesticaLinn.)
- lalat parasitoid
(Diatraeophaga striatalis).
g. Ordo Hymenoptera (bangsa tawon, tabuhan, semut)
Kebanyakan dari
anggotanya bertindak sebagai predator/parasitoid pada serangga lain dan
sebagian yang lain sebagai penyerbuk.
Sayap terdiri dari dua pasang dan membranus. Sayap depan umumnya lebih besar daripada sayap belakang. Pada kepala dijumpai adanya antene (sepasang), mata facet dan occelli. Tipe alat mulut penggigit atau penggigit-pengisap yang dilengkapi flabellum sebagai alat pengisapnya.
Sayap terdiri dari dua pasang dan membranus. Sayap depan umumnya lebih besar daripada sayap belakang. Pada kepala dijumpai adanya antene (sepasang), mata facet dan occelli. Tipe alat mulut penggigit atau penggigit-pengisap yang dilengkapi flabellum sebagai alat pengisapnya.
Metamorfose sempurna
(Holometabola) yang melalui stadia : telur-> larva--> kepompong --->
dewasa. Anggota famili Braconidae, Chalcididae, Ichnemonidae, Trichogrammatidae
dikenal sebagai tabuhan parasit penting pada hama tanaman. Beberapa contoh
anggotanya antara lain adalah :
- Trichogramma sp. (parasit
telur penggerek tebu/padi).
- Apanteles artonae Rohw.
(tabuhan parasit ulat Artona).
- Tetratichus brontispae
Ferr. (parasit kumbang Brontispa).
h. Ordo Odonata (bangsa capung/kinjeng)
Memiliki anggota yang cukup
besar dan mudah dikenal. Sayap dua pasang dan bersifat membranus. Pada capung
besar dijumpai vena-vena yang jelas dan pada kepala dijumpai adanya mata facet
yang besar.
Metamorfose tidak sempurna (Hemimetabola), pada stadium larva dijumpai adanya alat tambahan berupa insang dan hidup di dalam air.
Anggota-anggotanya dikenal sebagai predator pada beberapa jenis serangga keecil yang termasuk hama, seperti beberapa jenis trips, wereng, kutu loncat serta ngengat penggerek batang padi.
Metamorfose tidak sempurna (Hemimetabola), pada stadium larva dijumpai adanya alat tambahan berupa insang dan hidup di dalam air.
Anggota-anggotanya dikenal sebagai predator pada beberapa jenis serangga keecil yang termasuk hama, seperti beberapa jenis trips, wereng, kutu loncat serta ngengat penggerek batang padi.
FILUM MOLLUSCA
A.
Sejarah
Taksonomi Dan Klasifikasi Filum Mollusca
Mollusca
adalah hewan lunak dan tidak memiliki ruas. Tubuh hewan ini tripoblastik,
bilateral simetri, umumnya memiliki mantel yang dapat menghasilkan bahan
cangkok berupa kalsium karbonat. Cangkok tersebut berfungsi sebagai rumah
(rangka luar) yang terbuat dari zat kapur misalnya kerang, tiram, siput sawah
dan bekicot. Namun ada pula Mollusca yang tidak memiliki cangkok, seperti
cumi-cumi, sotong, gurita atau siput telanjang. Mollusca memiliki struktur
berotot yang disebut kaki yang bentuk dan fungsinya berbeda untuk setiap
kelasnya.
Mollusca
termasuk beberapa invertebrata terkenal, hampir semua orang akrab dengan siput,
kerang, siput, cumi-cumi, dan gurita. Kerang molluscan telah populer sejak
zaman kuno, dan beberapa budaya masih menggunakan mereka sebagai alat, wadah,
perangkat musik, uang, jimat, dan dekorasi. Bukti penggunaan sejarah dan
pengetahuan tentang moluska terlihat dalam teks-teks kuno dan hieroglif, di
koin, dalam adat suku, dan di situs arkeologi dan Aborigin "middens
dapur" atau "shell gundukan." Royal atau Ungu Tyre dari Yunani
kuno dan Roma, dan bahkan biru Alkitab (lihat Bil. 15:38), yang pigmen
molluscan diekstrak dari siput laut tertentu. * Banyak kelompok Aborigin selama
berabad-abad telah mengandalkan moluska untuk sebagian besar dari diet mereka.
Hari ini, negara-negara pesisir setiap tahun panen jutaan ton moluska komersial
untuk makanan. Ada hampir 50.000 dijelaskan, hidup moluska spesies dan 60.000
moluska fosil dikenal. Namun, banyak spesies masih menunggu nama dan deskripsi,
terutama yang berasal dari daerah kurang dipelajari, dan telah diperkirakan
hanya sekitar setengah dari moluska hidup sejauh ini telah dijelaskan. Selain
tiga kelas akrab molluscan terdiri dari kerang (Bivalvia), siput dan siput
(Gastropoda), dan cumi-cumi dan gurita (Cephalopoda), empat kelas lainnya ada:
Chitons (Polyplacophora), kerang gading (Scaphopoda), Neopilinaand kerabat nya
(Monoplacophora ), dan primitif berbentuk ulat Aplacophora. Meskipun anggota
tujuh kelas ini berbeda sangat besar dalam penampilan dangkal, mereka sangat
mirip dalam bauplan fundamental mereka (Box 20A).
Moluska
membawa beban sejarah taksonomi sangat panjang dan rumit, di mana ratusan nama
untuk berbagai taksa telah datang dan pergi. Aristoteles mungkin adalah ilmuwan
pertama yang secara resmi mengakui moluska, membagi mereka menjadi dua
kelompok: Malachia (cephalopoda) dan Ostrachodermata (bentuk dikupas), yang
terakhir yang dibagi menjadi univalves dan bivalvia.
Cumi
dan teritip, tapi nama ini tidak diterima sampai dibangkitkan dan didefinisikan
ulang oleh Linnaeus. Ingat bahwa Linnaeus dianggap semua invertebrata kecuali
serangga sebagai Vermes, kelompok dibagi menjadi Intestina, Mollusca, Testacea,
Lithophyta, dan Zoophyta. Mollusca nya adalah bunga rampai dari hewan bertubuh
lunak, termasuk tidak hanya cumi, siput, dan pteropods tetapi juga tunicates,
anemon, medusa, echinodermata, dan polychaetes. Di bawah Testacea, Linnaeus
termasuk Chitons, bivalvia, univalves, nautiloids, teritip, dan polychaetes
serpulid (yang mengeluarkan tabung berkapur). Pada 1795 Cuvier menerbitkan
klasifikasi direvisi dari Mollusca yang adalah orang pertama yang appr oximate
pandangan modern. De Blainville (1825) mengubah nama Mollusca untuk Malacozoa,
yang memenangkan sedikit mendukung tapi bertahan dalam istilah Malakologi,
malacologist, dll
Banyak
dari abad kesembilan belas berlalu befor e filum itu dibersihkan dari semua
kelompok asing. Di tahun 1830-an J. Thompson dan C. Brumeister mengidentifikasi
tahap larva teritip dan mengungkapkan mereka untuk menjadi krustasea, dan pada
tahun 1866 A. Kowalevsky dihapus tunicates dari Mollusca. Pemisahan Brachiopoda
dari moluska adalah cobaan panjang dan kontroversial yang tidak diselesaikan
sampai menjelang akhir abad kesembilan belas. Aplacophorans ditemukan pada
tahun 1841 oleh naturalis Swedia Loven. Dia diklasifikasikan mereka dengan
echinodermata teripang karena tubuh berbentuk ulat dan kehadiran spikula
berkapur di dinding tubuh kedua kelompok. Graff (1875) diakui aplacophorans
sebagai moluska, dan tidak lama kemudian menjadi mode untuk mengklasifikasikan
Chitons dan aplacophorans bersama-sama di kelas Amphineura. Skema ini bertahan
sampai tahun 1950-an ketika dua kelompok lagi dipisahkan; Namun, beberapa
pekerja baru-baru ini (misalnya, Scheltema) telah sekali lagi menunjukkan bahwa
dua gr ini oups mungkin mewakili clade monofiletik kepada diri mereka sendiri
(yang Aculifera).
Sejarah
klasifikasi spesies di kelas Gastropoda telah stabil, di bawah akan perubahan
konstan sejak saat Cuvier. Kebanyakan malacologists modern yang menganut
sedikit banyak skema dasar MilneEdwards (1848) dan Spengel (1881). Mantan,
mendasarkan klasifikasinya pada organ pernapasan, mengakui kelompok Pulmonata,
Opisthobranchia, dan Prosobranchia. Spengel berdasarkan skema nya pada sistem
saraf dan membagi gastropoda ke Streptoneura dan Euthyneura. Streptoneura
setara dengan Prosobranchia; Euthyneura mencakup Opisthobranchia dan Pulmonata.
The bivalvia telah dipanggil Bivalvia, Pelecypoda, dan Lamellibranchiata.
klasifikasi molluscan di tingkat generik dan spesies yang juga bermasalah.
Banyak spesies gastropoda dan bivalvia dibebani dengan berbagai nama (sinonim),
dan beberapa spesies sebenarnya dikenakan ratusan sinonim yang berbeda. kusut
ini adalah sebagian hasil dari sejarah yang panjang partisipasi yang amatir di
bidang taksonomi molluscan dan sebagian karena begitu banyak, Klasifikasi awal
didasarkan pada karakter cangkang daripada anatomi. Hanya taksa dengan anggota
yang masih ada termasuk dalam klasifikasi sinopsis berikut.
B. Karakteristik Umum Mollusca
1.
Bilateral simetris (atau sekunder
asimetris), unsegmented, coelomate protostomes
2.
Coelom terbatas ruang kecil di sekitar
nephridia, jantung, dan bagian dari usus
3.
Rongga tubuh Principal adalah hemocoel
(sistem peredaran darah terbuka)
4.
Isi perut terkonsentrasi bagian punggung
sebagai "visceral massa"
5.
Tubuh ditutupi oleh lembaran tebal
epidermal-kutikula kulit, mantel, yang membentuk rongga (mantel rongga) di yang
bertempat ctenidia, osphradia, nephridiopores, gonopores, dan anus.
6.
Mantle dengan kelenjar shell yang
mengeluarkan spikula berkapur epidermal, piring shell, atau kerang
7.
Hati terletak di ruang perikardial dan
terdiri dari ventrikel dan atrium
8.
Dengan besar kaki berotot, didefinisikan
dengan baik terpisah, sering dengan rata merayap
9.
Wilayah bukal tersedia dengan radula
10.
Usus yang komplet, dengan spesialisasi
ditandai regional, termasuk pencernaan besar metanephridia kompleks (
"ginjal")
11.
Embryogeny biasanya protostomous
12.
With trochophore larva, dan biasanya
veliger larva
C.
Klasifikasi
Filum Mollusca
1.
CLASS APLACOPHORA: bentik, laut, moluska berbentuk
ulat; cangkang-kurang, tapi epidermis mengeluarkan aragonite (berkapur) spikula
atau sisik; rongga mantel dasar; tanpa mata, tentakel, statocysts, kristal
gaya, atau nephridia.
2.
CLASS Polyplacophora: Chiton. Diratakan, moluska
memanjang dengan kaki ventral luas dan 8 dorsal cangkang piring; kerang dengan
lapisan articulamentum unik; bentuk mantel korset tebal yang batas dan mungkin
sebagian atau seluruhnya menutupi pelat cangkang; epidermis dari korset
biasanya dengan duri berkapur atau chitinous. sisik, atau bulu; rongga mantel
mengelilingi kaki dan beruang dari 6 sampai lebih dari 80 pasang ctenidia; 1
pasang nephridia; tanpa mata, tentakel, atau gaya kristal; sistem saraf kurang
ganglia diskrit, kecuali di daerah bukal; radula hadir (Angka 20.1B dan 20,4).
Laut, intertidal ke laut dalam. Chitons unik yang mereka miliki dari 8
(kadang-kadang 7) piring terpisah cangkang, yang disebut katup, dan korset
marginal tebal; sekitar 600 spesies dijelaskan.
3.
CLASS Gastropoda: Siput dan siput. moluska
asimetris dengan single, shell biasanya spiral melingkar ke mana tubuh dapat
ditarik; shell hilang atau berkurang dalam banyak kelompok; selama
pengembangan, massa viseral, dan mantel memutar 90-180 ° di kaki (torsi),
rongga sehingga mantel terletak anterior atau di sisi kanan, dan usus dan
sistem saraf memutar; beberapa taksa memiliki sebagian atau benar-benar
terbalik rotasi (detorsion); dengan kaki merayap otot (dimodifikasi dalam
berenang dan menggali taksa); kepala dengan statocyst dan mata (sering
berkurang atau hilang), dan 1-2 pasang tentakel; sebagian besar dengan radula
kompleks dan gaya kristal, yang terakhir yang hilang dalam kelompok yang paling
predator; 1-2 nephridia; mantel (= pallium) biasanya membentuk rongga ctenidia
perumahan, osphradia, dan kelenjar hypobranchial; ctenidia kadang-kadang hilang
dan diganti dengan struktur pertukaran gas sekunder (Angka 20.1C-H, 20.5, 20.6,
dan 20.7). Gastropoda terdiri lebih dari 35.000 spesies hidup dari laut, darat,
dan siput air tawar dan siput. Kelas biasanya dibagi menjadi tiga subclass:
prosobranchs (sebagian besar dikupas siput laut); opisthobranchs (siput laut);
dan pulmonates (siput darat dan siput). Namun, pengaturan ini dipandang oleh
beberapa pihak berwenang sebagai buatan, dan berbagai skema revisionary telah
diusulkan.
4.
CLASS Monoplacophora dengan tunggal, cangkang
caplike; bentuk kaki yang lemah ventral disc berotot, dengan 8 pasang otot
retractor; dangkal mantel rongga di sekitar kaki membungkus 3-6 pasang
ctenidia; 2 pasang gonad; 3-7 pasang metanephridia; 2 pasang atrium jantung;
dengan radula dan berbeda tapi kecil kepala; tanpa mata; tentakel hadir hanya
sekitar mulut; dengan gaya kristal dan anus posterior; sebagian besar telah
punah (Angka 20.1A dan 20,3). Sampai spesies hidup pertama (Neopilinagalatheae)
ditemukan oleh Danish "Galathea Expedition" pada tahun 1952,
monoplacophorans hanya diketahui dari fosil Paleozoic lebih rendah. Sejak itu
anatomi yang tidak biasa mereka telah menjadi sumber dari banyak spekulasi
evolusi. Monoplacophorans yang limpet-seperti dalam penampilan, spesies hidup
kurang dari 3 cm, dan sebagian besar hidup di kedalaman yang cukup. Sekitar 15
dijelaskan spesies, di 6 genera (Laevipilina, Micropilina, Monoplacophorus,
Neopilina, Rokopella, VEMA).
5.
CLASS Bivalvia (= Pelecypoda; = LAMELLIBRANCHIATA):
kerang, tiram, kerang, dll lateral dikompresi; cangkang biasanya dari dua katup
berengsel bersama-sama bagian punggung oleh ligamen elastis dan cangkang-gigi;
kerang ditutup oleh otot-otot adductor; kepala dasar, tanpa mata atau radula,
tapi mata dan statocysts dapat terjadi di tempat lain di tubuh; kaki biasanya
lateral dikompresi, biasanya tanpa tunggal; 1 pasang bipectinate besar
ctenidia, digunakan dalam kombinasi dengan palps labial di makan silia; besar
mantel rongga; posterior tepi mantel sering menyatu untuk membentuk inhalansia
dan sifon exhalant; 1 pasang nephridia (Gambar 20.1L-O dan Bivalvia adalah laut
atau air tawar moluska, terutama microphagous atau suspensi pengumpan. Kelas
mencakup sekitar 10.000 spesies hidup diwakili di semua kedalaman dan di semua
lingkungan laut. klasifikasi kerang telah berada dalam keadaan kacau selama 50
tahun terakhir. Hampir tidak ada dua penulis saat ini memanfaatkan persis
klasifikasi yang sama atau nomenklatur. Beberapa pekerja membatasi taksa lebih
tinggi atas dasar karakter cangkang saja (misalnya, engsel anatomi, posisi
bekas luka otot), yang lain hanya mengandalkan anatomi organ (misalnya,
ctenidia, perut), dan yang lain menggunakan karakter ekologi (misalnya, makan
metode, adaptasi ke berbagai habitat). Untuk beberapa alternatif untuk
klasifikasi bawah, melihat Purchon (1977), Morton (1979), dan Moore (1960).20,8).
6.
CLASS Cephalopoda (= SIPHONOPODA): Nautilus,
cumi-cumi, sotong, dan gurita (Angka 20.1I-J, 20.10, 20.11, 20.12, 20.17, dan
20.22). Dengan cangkang bilik linear, biasanya berkurang atau hilang; jika
cangkang eksternal hadir (nautilus), hewan menghuni terakhir (bungsu) ruang,
dengan filamen hidup jaringan (siphuncle yang) memperluas melalui ruang yang
lebih tua; tubuh rongga besar; sistem peredaran darah sebagian besar ditutup;
kepala dengan besar, mata kompleks dan lingkaran lengan atau tentakel di
sekitar mulut dpt memegang; dengan radula dan paruh; 1-2 pasang ctenidia, dan
1-2 pasang nephridia kompleks; bentuk mantel besar ventral rongga pallial
mengandung ctenidia; dengan corong otot (siphon yang) di mana air dipaksa,
menyediakan jet; beberapa tentakel pria dimodifikasi untuk kopulasi; bentik
atau pelagis, kelautan; sekitar 700 spesies yang hidup.
7.
CLASS SCAPHOPODA: kerang Tusk shell (cangkang
gading). Cangkang dari satu potong, tubular, biasanya meruncing, terbuka di
kedua ujungnya; kepala dasar, memproyeksikan dari aperture yang lebih besar;
rongga mantel besar, membentang sepanjang seluruh permukaan ventral; tanpa
ctenidia atau mata; dengan radula, belalai, gaya kristal; dengan kelompok
dipasangkan tentakel kontraktil dipukuli (captacula) yang berfungsi untuk
menangkap dan memanipulasi mangsa; absen hati; kaki agak silindris. Hampir 400
spesies hidup dari laut, moluska bentik di delapan keluarga, termasuk
Dentaliidae (mis, Dentalium, Fustiaria), Laevidentaliidae (misalnya,
Laevidentalium), Pulsellidae (misalnya, Pulsellum, Annulipulsellum), dan
Gadilidae (mis, Cadulus, Gadila). Makanannya adalah berbagai jenis jasad renik
yang ditangkap dari perairan menggunakan semacam bentukan tentakel yang
berserabut. Mempunyai semacam gigi yang disebut radula, tetapi tidak mempunyai
mata.
D.
Peranan
Mollusca
Beberapa jenis mollusca ada yang
bermanfaat bagi manusia seperti cumi – cumi, kerang serta siput karena dapat
dikonsumsi manusia yang mengandung protein hewani. kerang mutiara juga dapat
memproduksi mutiara dengan harga yang tinggi. Manfaat lainnya adalah
cinderamata yang dibentuk dari cangkang.
Namun beberapa spesies juga
merugikan karena dapat mengganggu pertanian dimana siput ataupun keong dapat
merusak tanaman budidaya dan juga dapat menjadi perantara penyakit seperti yang
dilakukan oleh Lymnaea sp.
Cangkok kerang ini terdiri dari
dua belahan, sedangkan cangkok siput berbentuk seperti kerucut yang melingkar.
Perbedaan lainnya, kaki siput tipis dan rata. Fungsinya adalah untuk berjalan
dengan cara kontraksi otot. Lain halnya dengan kerang yang mempunyai kaki seperti
mata kapak yang dipergunakan untuk berjalan di lumpur atau pasir. Sementara itu
cumi-cumi dan sotong tidak punya cangkok, kakinya terletak di bagian kepala
yang berfungsi untuk menangkap mangsa. Mollusca memiliki alat
pencernaan sempurna mulai dari mulut yang mempunyai radula (lidah
parut) sampai dengan anus terbuka di daerah rongga mantel. Di samping itu juga
terdapat kelenjar pencernaan yang sudah berkembang baik. Peredaran darah
terbuka ini terjadi pada semua kelas Mollusca kecuali kelas Cephalopoda.
Pernafasan dilakukan dengan
menggunakan insang atau “paru-paru”, mantel atau oleh bagian epidermis. Alat
ekskresi berupa ginjal. Sistem saraf terdiri atas tiga pasang ganglion yaitu
ganglion cerebral, ganglion visceral dan ganglion pedal yang ketiganya dihubungkan
oleh tali-tali saraf longitudinal. Alat reproduksi umumnya terpisah atau
bersatu dan pembuahan internal atau eksternal.
BAB
III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Dari kegiatan observasi pada saat study
lapangan yang telah kami lakukan, kami menyimpulkan bahwa museum Zoologi adalah
salah satu museum yang mempunyai koleksi fauna cukup banyak dan cukup lengkap
walauoun mungkin sedikit kurang tertata dengan baik.
Hingga 2008 tercatat 14.600 nomor
koleksi gastropoda (keong & slug), 1989 nomor koleksi pelecypoda (kerang),
289 nomor koleksi cephalopoda (cumi-cumi), 19 nomor koleksi scapopoda dan 55
nomor koleksi fosil. Hingga tahun 2007 telah tercatat 3354 jenis moluska yang
disimpan di MZB, 129 jenis berstatus TYPE, baik Holotype maupun Paratypes.
Nematoda, sekitar 800 nomor koleksi; Cestoda 150 koleksi, Acanthocephala 20 nomor, Trematoda 150 nomor. Koleksi disimpan kering atau basah (dalam larutan alkohol 70 %). Jumlah koleksi type, sekitar 50 nomor (Nematoda, Cestoda, Trematoda, Acanthocephala).
Nematoda, sekitar 800 nomor koleksi; Cestoda 150 koleksi, Acanthocephala 20 nomor, Trematoda 150 nomor. Koleksi disimpan kering atau basah (dalam larutan alkohol 70 %). Jumlah koleksi type, sekitar 50 nomor (Nematoda, Cestoda, Trematoda, Acanthocephala).
Saran
Dari kunjungan yang kami lakukan, kami
melihat tata ruang Museum yang kurang baik sehingga memberikan kesan yang
kurang menarik bagi pengunjung. Koleksi fauna sebaiknya ditambahkan khususnya
koleksi Moluscca yang terdapat sedikit. Seharusnya diberikan pemandu untuk
memebrikan informasi kepada pengunjung.
DAFTAR
PUSTAKA
http://duopanda.blogspot.co.id/2012/01/museum-zoologi-bogor.html
http://biologi.lipi.go.id/bio_bidang/zoo_indonesia/lab_moluska.php
LAMPIRAN
Museum Zoologi Bogor mempunyai koleksi sekitar 262 jenis serangga dari 151.847 spesies serangga yang ada di dunia |